MAKNA PEYORATIF KESENIAN DIDONG JALU (Studi Semiotika Terhadap Rekaman Penampilan Kesenian Didong Jalu Antara grup Arita Mude Melawan grup Jaya Darma)
Abstract
Kesenian didong merupakan sebuah kesenian yang mempergunakan kata-kata indah dari seluruh alam, yang didendangkan oleh sekelompok orang yang berjumlah 30 orang. Di dalam kesenian didong ada pribahasa dalam bahasa Gayo, ”tengkahe dekat konae gep” yaitu sebuah kata yang sebenarnya diganti dengan istilah lain, misalnya menyiksa diganti dengan menebang kayu. Didong jalu merupakan pertunjukan dua grup pada sebuah panggung yang dilaksanakan satu malam suntuk. Dua grup ini saling berbalas pantun dan melontarkan teka-teki tentang realitas kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat Gayo. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana makna peyoratif serta dalam bentuk bahasa apa saja makna peyoratif itu disampaikan dalam rekaman tersebut. Dalam penelitian ini memakai teori Semiotika Roland Barthes yaitu denotasi dan konotasi guna mengetahui dan menganalisis makna peyoratif dalam rekaman dan juga sebagai teori yang sesuai dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu pengamatan (observasi), dokumentasi serta menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian, bahwa makna peyoratif dalam rekaman penampilan kesenian didong jalu ini disampaikan secara jelas dan langsung sebagai bentuk ejekan (olok-olokan), dalam bentuk bahasa verbal dan non verbal oleh kedua grup didong jalu dengan menggunakan proses komunikasi sirkular dalam perspektif interaksi, dan tidak lagi sesuai dengan pepatah Gayo mengenai didong “tengkahe dekat konae gep”.
References
Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: Rineka Cipta.
Cangara, Hafied (2009). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Effendy, Onong Uchjana (2003) Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Hasibuan, Hasni Rinolla (2013). Kesenian Didong Grup Bayakku Pada Acara Syukuran Munik Ni Reje Di Redelong Kabupaten Bener Meriah, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Tidak Diterbitkan
Kriyanto, Rachmat (2006). Tekhnik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenda Media Group.
Littlejhon, Stephen W dan Foss, Karen A. (2009). Teori Komunikasi Theories Of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.
Lubis. L, Andriani (2012). Pemahaman Praktis Komunikasi Antarbudaya. Jakarta
: Gramedia.
Fajar, Marheni (2009). Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. Jakarta : Graha Ilmu.
Melalatoa, M. Junus (2001) Didong Pentas Kreatifitas Gayo. Jakarta
: Yayasan Obor Indonesia.
Moleong, Lexy J (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Mulyana, Deddy (2008). Ilmu Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
______________(2008). Komunikasi Efektif Suatu Pengantar Lintas Budaya. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Nurudin (2008). Sistem Komunikasi Indonesia. Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada.
Rahmiati (2013). Makna pesan dalam film sang pemimpin (studi semiotika menurut Roland Barthes), Universitas Gajah Putih. Tidak Diterbitkan
Rudy, Teuku May (2005). Komunikasi dan Hubungan masyarakat Internasional. Jakarta : PT Repika Aditama.
Saebani, Beni Ahmad (2008). Metode Penelitiaan. Bandung : Pustaka Setia.
Samovar, Larry A (2010). Komunikasi Lintas Budaya Communication between Culltures. Jakarta :Salemba Humanika.
Sobur Alex (2004). Semiotika Komunikasi Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Tulung, Freddy H Books, dkk (2011) Wayang Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam Diseminasi Informasi, Kementrian Komunikasi dan Informatika RI dan Direktorat Jendral Informasi dan Komunikasi Publik.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady (2009) Metode penelitian Sosial. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Widjaja (2000). Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
(2008) Komunikasi, Komunikasi & Hubungan masyarakat. Jakarta : PT. Bumi Aksara.